Saturday, October 24, 2015

Perempuan-perempuan Tersayang

Pengarang: Okke 'Sepatumerah'
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 274

Fransinia memiliki cita-cita yang tinggi dan peluang karir yang sangat terbuka lebar di depannya, di Jakarta. Walau berasal dari kota kecil SoE di Nusa Tenggara Timur, keenceran otaknya telah membawanya meraih beasiswa SMA lalu kuliah lalu lulus dengan nilai memuaskan di Jakarta. Kini, ia sedang berusaha mendapatkan pekerjaan di Admazing, biro iklan favorit yang sudah menjadi incarannya sejak lama.

Fransin juga memiliki kekasih, Banyu, yang memiliki impian sama dengan Fransin. Bedanya, Banyu kini sudah lebih dulu menapaki jalan menuju mimpinya. Dan Banyu sangat menginginkan Fransin segera mengikutinya.

Semua berubah ketika Fransin mendapati adik perempuannya yang masih SMA, Sherly, yang dititipkan kepadanya oleh keluarga, hamil. Mau tak mau, Fransin harus memberi tahu kakak tertuanya, Olivianus. Olivianus marah besar dan menyuruh Sherly dan Fransin pulang ke SoE sampai Sherly melahirkan. Awalnya Fransin menolak karena ia sedang menunggu panggilan interviu dari beberapa agency--dan terutama Admazing. Namun, Olivianus yang keras dan tak mudah ditentang, memaksanya. Maka dengan kesal, Fransin pun pulang ke SoE.

Tak ada hari dilalui tanpa rasa kesal di hati Fransin. Sherly ngambek setelah Olivianus menghajar Radya, kekasihnya, dan mengusir cowok SMA itu pergi. Olivianus begitu keras kepala dan tak mau peduli impian Fransin. Fransin tak tahu harus berbuat apa di kota kecil itu. Ia sudah terbiasa hidup di kota besar yang sibuk macam Jakarta. Fransin ingin pergi, tapi ia tidak dapat melihat keluarganya hancur, dan terutama melihat Mamatua yang sudah sakit-sakitan semakin menderita karenanya.

Benarkah kepulangannya hanya membawa kesengsaraan? Ataukah ada kebahagiaan yang sedang menunggu di sana?

Saya sangat menikmati buku ini, karena saya sangat menyukai jalinan ceritanya yang begitu kaya namun juga sederhana. Walau temanya sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, cara penulis menjalin kisahnya dengan sederhana dan dekat dengan keseharian, serta  cara penulis mengeksplor tokoh-tokohnya, buat saya juara. Belum lagi tambahan unsur budaya dan deskripsi wilayah Nusa Tenggara Timurnya yang detail.


Sebenarnya, inti cerita ini adalah masalah prioritas. Fransin, si tokoh utama, bisa dibilang aslinya tidak dekat dengan keluarganya. Beda usia dengan kakak laki-laki dan adik perempuannya cukup jauh, 6 tahun. Fransin merasa tidak bisa dekat dengan Olivianus--ditambah perangai galak kakak laki-lakinya itu--dan tidak mau dekat dengan adiknya yang terlampau kecil, Sherly. Dengan mamatuanya pun ia tidak begitu dekat, karena mamatuanya sangat sibuk. Ketika Fransin mendapatkan kesempatan menjauh dari keluarganya dan membangun dunianya sendiri di ibu kota, ia pun mengambilnya dengan suka cita. Kini, saat impiannya sudah di depan mata, ia dihadapkan dengan pilihan: apakah ia akan memilih kepentingannya sendiri dengan mengejar karir, atau pulang ke desanya yang terpencil demi menjaga keluarganya tetap utuh? Pilihan yang sangat sulit, tentu, mengingat alasannya pulang toh bukan karena kesalahannya, melainkan kesalahan adiknya, yang memang sejak dulu Fransin nilai sering membuatnya susah. Fransin bisa saja marah dan menolak, tapi bukankah itu akan membuatnya menyesal di kemudian hari?

Saya suka karakter Fransin. Dia tipikal anak tengah banget: paling kalem, tapi paling banyak berpikir dan mempertimbangkan segala aspek dari suatu masalah. Mungkin karena hidupnya memang selalu di tengah-tengah kali ya? Di tengah kutub utara dan kutub selatan si sulung dan si bungsu, si anak tengah adalah penyambung lidah dan pendamai keduanya, juga dalam hal komunikasi dengan orangtuanya. Tapi untungnya, Fransin juga tipe orang yang tidak mudah putus asa dan percaya kalau selalu ada banyak jalan menuju Roma. Jadi, walau Fransin tahu ada kemungkinan karirnya kandas, ia masih terus berusaha sampai akhir sambil mencari alternatif.

Olivianus adalah tipikal anak sulung yang memiliki beban tanggung jawab besar. Sejak bapatua mereka meninggal dunia, Olivianus sebagai si sulung dan satu-satunya lelaki di rumah bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Tak heran, ia menjadi keras dan otoriter. Untung istrinya, Elizabeth, baik banget!! Agak penasaran juga sih, bagaimana Olivianus bisa mendapatkan Elizabeth, hehe. 

Sebaliknya Sherly, si bungsu yang selalu dianggap sebagai anak bawang. Ia memang berbuat kesalahan, tapi apa yang dilakukan kedua kakaknya tidak memperbaiki keadaan dan malah memojokkannya. Ia selalu dianggap anak kecil yang tidak akan pernah menjadi dewasa. Saya kesal sekaligus kasihan sama dia, tapi di akhir cerita, Sherly berhasil menunjukkan kalau dia juga seorang perempuan yang tangguh.

Dinamika interaksi keluarga Fransin, ditambah bumbu perdebatan batin Fransin dan urusan percintaannya yang mendadak ikut rumit merupakan hal yang membuat buku ini menjadi page-turner buat saya. Ditambah lagi, deskripsi mengenai SoE yang begitu hidup dan bahkan di beberapa bagian membuat saya ikutan menggigil karena hawa dinginnya :)

Sebagai penutup, ini karya Okke 'Sepatumerah' pertama yang saya baca, dan tentu merupakan perkenalan yang baik. Semoga saya bisa menikmati karyanya yang lain sesegera mungkin.

1 comment:

What is your thought?