Friday, February 5, 2016

Syarat Jatuh Cinta

Pengarang: Marin Josi & Purba Sitorus
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2012
Halaman: 237

Alana jatuh cinta pada Asta ketika keduanya bertemu di bimbingan belajar untuk masuk SMA. Asta menolong Alana dalam kondisi paling memalukan. Sejak itu, Alana selalu memandang Asta seperti pangeran berkuda putih; Asta yang tampan dan baik hati. Sayang, kemudian Asta menghilang. Alana, yang mengetahui SMA tujuan Asta adalah SMA Harapan, SMA-nya anak-anak pintar, segera menggenjot otaknya dan akhirnya berhasil masuk SMA itu.

Asta mengangkat dagunya. "Saya, Adiasta Puji Pratama menolak Alana karena saya suka perempuan cantik. Saya suka perempuan dengan rambut panjang, tubuh ideal dan terawat. Semua mantan saya catik, nggak ada yang gendut. Jadi, Alana, dengan berat hati, saya katakan kamu bukan tipe saya. Saya nggak suka berat badan yang berlebihan. Jelas?" Asta melengos. Alana terpaku diam.

Benar, di sana Alana bertemu Asta lagi. Namun bukan Asta seperti yang Alana kenal. Asta yang ini playboy, kurang ajar, dan menghina bobot tubuh Alana di depan umum. Alana memang bertubuh besar. Maka, dengan geram, Alana malah mengajak Asta taruhan. Alana akan bisa menjadi langsing dan berambut panjang dalam waktu 3 bulan dan Asta akan mengungkapkan cintanya pada Alana untuk Alana kemudian tolak.

Taruhan yang bodoh, tapi keburu terucap dan disepakati. Maka Alana menggunakan waktu tiga bulannya untuk berdiet, dibantu berbagai tips yang dikumpulkan Fio, sahabatnya. Diet tidak semudah yang Alana bayangkan sebelumnya, apalagi karena Asta juga melancarkan tipu muslihatnya untuk menggagalkan Alana. Bagaimana akhir pertaruhan Alana dan Asta?

*****

Syarat Jatuh Cinta adalah buku Gagasmedia yang saya sudah penasaran baca sejak tahun 2012, ketika membaca resensi yang ditulis Stefanie. Saya memang penyuka kisah cinta anjing-kucing seperti ini, entah kenapa rasanya seru membaca strategi penyerangan satu pihak ke pihak yang lainnya :) Daaan... empat tahun kemudian, saya menemukan buku ini di rak diskon bukabuku dan langsung saya beli barengan dengan Sweet Nothings-nya Sefryana Khairil, satu lagi buku yang saya sudah penasaran pengin baca sejak lama.

Syarat Jatuh Cinta ceritanya remaja banget, dengan gaya menulis yang lincah dan tokoh-tokoh yang membuat geregetan, terutama Alana. Alana ini kocak banget deh orangnya. Dia panasan tapi pasti diikuti panik kemudian karena nyesel belakangan. Dia impulsif banget. Asta sendiri bukan tipe cowok yang menyenangkan sebenarnya. Mulutnya pedas dan nyablak banget, tapi entah mengapa mengingatkan saya pada Tappei-nya Hai Miiko yang nyebelin tapi ngangenin (hahay!). Yang lumayan logis di sini cuma Fio, sahabat Alana yang baik walau suka terkesan keras. Yaaa tapi gimana, ya, punya sahabat seperti Alana ya memang harus dikerasin terus. Buat bacaan santai, jelas buku ini pas banget, karena bisa dibaca dengan cepat.

Sayangnya, kalau pakai mikir lebih jauh, buku ini banyak bolongnya menurut saya. Plotnya lemah sekali dan nggak berkembang. Pertanyaan saya seputar perubahan perilaku Asta dari yang tadinya baik dan ramah di awal cerita (masa dia SMP)  menjadi brengsek dan seenaknya (masa dia SMA) tidak terjawab. Sampai akhir, Asta tetap Asta yang--menurut saya--nggak patut mendapatkan cinta dan pengorbanan Alana. Sepertinya penulis lebih fokus mendeskripsikan setiap gerak-gerik Alana sampai halamannya keburu habis. Tingkah Alana sendiri sebenarnya bisa dibilang ajaib, nggak masuk akal, tapi konsisten dari awal sampai akhir dan memang terasa remaja banget, yang terus berjuang demi sesuatu yang sebenarnya not worth fighting for. Cuma yaa nggak penting juga sih diceritakan sampai matanya gimana, mulutnya gimana, tangannya gimana, dan seterusnya. 

Kenapa saya sangat menyayangkan kurangnya eksplorasi tokoh Asta? Karena, sebagai bacaan untuk remaja, buku ini bisa banget memberikan pesan yang salah ke remaja yang membacanya, seakan-akan diet mati-matian demi mendapatkan cowok brengsek seperti Asta itu sah-sah saja. Padahal sih, serius deh... Nggak penting juga diet dan jadi cantik demi cowok atau apa pun kecuali kalau kemauan itu lahir dari diri kamu sendiri dan buat diri kamu sendiri.

Selain itu, kekurangan lainnya adalah karena penulis juga beberapa kali memasukkan alternatif skenario alias cerita yang taunya cuma bayangan salah satu tokohnya, kenyataannya malah berbeda, yang malah membingungkan buat saya. Jadi ingat film Breaking Dawn deh (halah!).

Dan ngomong-ngomong soal duet pengarang, saya terus terang cukup bingung gimana pembagian porsi mereka, karena buku ini nggak ditulis dengan alternate POV alias di bab 1 dari sudut pandang Alana, bab 2 Asta, dan seterusnya. Cerita hanya bergulir dari sisi Alana dengan Asta sedikit-sedikit muncul untuk mengganggu Alana. Cara berpikir Asta tidak dijelaskan sama sekali--yang saya sayangkan bangeet.

Akhir kata, sebagai bacaan seru-seruan, buku ini bisa kamu pilih. Tapi ya itu, jangan serius-serius amat memikirkan ceritanya, ya.

1 comment:

What is your thought?