Saturday, May 14, 2016

28 Detik

Pengarang: Ifa Inziati
Penerbit: Bentang Belia
Tahun Terbit: 2014
Halaman: 228

Namanya Simoncelli. Bukan, bukan pebalap MotoGP yang meninggal di Sepang Malaysia itu. Simoncelli ini adalah nama mesin espresso yang menghuni sudut KopiKasep, sebuah kedai kopi sederhana di kota Bandung. Sahabatnya adalah Candu, barista terhebat menurut Simoncelli, yang jago meracik kopi dan selalu mengajak Simoncelli mengobrol--tentu secara searah, karena Candu tidak bisa mendengar respon Simoncelli. Lewat mata Simoncelli, keseharian KopiKasep diceritakan.

Di KopiKasep, semua menjalani pekerjaan dengan hati gembira. Ada Candu, si barista penuh percaya diri yang menggabungkan passion-nya dengan ilmu Fisika yang didapatnya hasil kuliah di ITB; ada Satrya, si kalem ahli latte art; ada Winona, si pelayan cerewet; Sery yang pendiam dan selalu memerhatikan Candu; terakhir Nino, si admin sosial media.

"Saya lebih baik punya semangat daripada bakat." Respons Candu cepat.
"Well, kalau begitu...," Rohan lalu melipat tangannya di atas meja, tatapannya ke arah Candu mendadak pekat, "mau tidak, tukar semangat Anda dengan bakat saya?"
Suatu hari, Rohan muncul di KopiKasep. Keponakan Teh Cheryl, Q-Grader yang juga teman baik pemilik KopiKasep, yang masih SMA tapi memiliki otak genius. Rohan bisa melihat warna dalam kata, membuatnya mampu menghapal apa pun dengan cepat. Namun, sikapnya sinis dan selalu menantang orang untuk berdebat. Dan kali ini, lawan yang dipilihnya adalah Candu.

Rohan tidak bisa menikmati apa pun. Semua dalam hidupnya dipandangnya sebagai kewajiban. Ia belajar fisika karena ia bisa menghapal rumusnya dengan cepat. Candu sebaliknya; lelaki itu percaya pada passion, bahwa dengan kemauan maka kita akan bisa menghasilkan yang terbaik.

Kehadiran Rohan membuat dinamika KopiKasep berubah. Lama kelamaan, Candu menjadi dekat dengan Rohan walau interaksi mereka kebanyakan diisi dengan debat. Sampai tibalah lomba Nusantara Barista Tournament atau NBT, lomba yang Candu yakin akan dimenanginya tahun ini. Sebuah kecelakaan terjadi dan sejak itu, keadaan KopiKasep tidak akan pernah sama lagi. Rohan menghilang, Candu menyendu. Bagaimana nasib KopiKasep selanjutnya?



 @@@@@

Buku ini merupakan salah satu buku yang saya dapat ketika ikutan IRF akhir tahun 2015 lalu. Enaknya ikutan IRF dan Bookwar, saya suka mendapat kejutan yang menyenangkan berupa buku-buku yang bahkan penampakannya aja belum pernah saya lihat sebelumnya tapi pas saya baca saya suka ceritanya. Nah, buku ini jelas masuk ke kategori itu.

Cara Ifa Inziati bercerita soal passion buat saya bagus banget, terasa banget kecintaan Candu dan juga teman-teman di KopiKasep lainnya terhadap dunia kopi dan kafe mereka. Dan kehadiran Rohan, menurut saya, menjadi media yang tepat digunakan Ifa Inziati untuk menyampaikan gambaran passion mereka kepada pembaca. Rohan yang selalu menantang Candu dan banyak bertanya hal-hal yang memusingkan, membuat gambaran itu sampai ke saya secara natural, lewat percakapan dan tindakan mereka, bukan dengan cara narasi menceramahi yang membosankan.

Untuk karakter... Oke, sebelumnya saya mau ngaku dulu kalau sebenarnya saya sudah baca buku ini cukup lama, di bulan Maret 2016, dan saya nggak bisa langsung bikin review-nya karena bukunya keburu dipinjam teman saya dan baru balik sekarang. Jadi, ingatan saya sudah tidak begitu detail. Namun demikian, saya masih ingat apa yang saya rasakan terhadap para tokohnya, terutama Rohan dan Candu, roh cerita ini. Candu merupakan gambaran orang yang hidupnya lebih laid back, dewasa, tapi kalau sudah bicara soal ambisi dan target, dia bisa seperti banteng bertemu kain merah. Ia genius dan dia sadar itu, tapi dia nggak sombong. Targetnya cuma satu, mendapatkan titel juara di NBT, bukan untuk dianggap keren oleh orang sekitarnya apalagi customer-nya. Rohan sebaliknya. Ia genius dan dia merendahkan orang lain yang tidak memiliki kemampuan seperti dirinya juga meremehkan segala hal hanya karena ia bisa mengerjakannya dengan mudah. Ia suka menantang orang lain. Namun, begitu bertemu Candu yang sederhana dan terlihat menikmati apa yang ia kerjakan, Rohan tergelitik. Bagaimana mungkin seorang dengan kemampuan seperti Candu memutuskan untuk menggunakan kemampuannya hanya untuk meracik kopi dan mencintainya? Buat saya, Rohan ini tipikal anak sekolahan banget, yang merasa pintar padahal belum banyak pengalaman hidup (halah! Sombong kali kau, Na!) tapi waktu dia merasa patah dan melakukan kesalahan, rasanya saya mengerti perasaannya dan bersimpati padanya. Tapi yaah... memang dengan begitu Rohan bisa belajar. Mau tau kesalahan Rohan apa? Ya baca sendiri bukunya yaa...

Tentang tokoh-tokoh pendukungnya, saya juga suka dengan beragamnya karakter yang muncul, walau kasus Winona mengingatkan saya pada Gitta-nya Interlude karya Windry Ramadhina. Dan saya suka banget sama Nino, si pendiam yang ternyata juga pengamat. Dan tentu saja: SIMONCELLI!! Pemilihan POV Simoncelli membuat setting terbatas pada KopiKasep tapi tidak mengurangi penggambaran emosi dan juga deskripsi tentang kopi. Suka deh. Simoncelli ini juga manis banget. Hahaha.

Kalau ngomongin kekurangan... Apaan ya? Kalau dalam cerita dan typo error sih buat saya nggak ada sih. Tapi mungkin di ketentuan editing naskah di penerbit yang buat saya membingungkan. Misalnya nih, di kutipan yang saya ambil di atas: 

"Saya lebih baik punya semangat daripada bakat." Respons Candu cepat.

Setahu saya seharusnya ditulis begini:

"Saya lebih baik punya semangat daripada bakat," respons Candu cepat.

Dan yang seperti ini (seingat saya) muncul berkali-kali. Cuma yaaa udah lupa juga persisnya di mana aja. Hehe.

Pesan terakhir sebelum mengakhiri review ini: Baca deh. Buku ini bakal membuat kamu semangat untuk mencintai dan serius menekuni bidang yang kamu suka. Nggak heran jadi juara lomba Passion Show dari penerbit.


1 comment:

  1. Dari baca review-nya udah bikin tertarik nih, Mbak. Jadi, seluruh POV di novel ini 100% oleh pengamatan si mesin kopi? Waaaaah! Nah, ini jadi nilai plus kalau kataku ya. POV dari benda mati itu memang bikin unik. Dan hal lainnya yang kusuka adalah ini gada efek cinta-cintaan yang kental kan? Which is good karena konsen pada tema utama yaitu passion. Kayaknya jadi bacaan yang cocok banget nih buatku untuk memompa semangat dalam hal passion dan mewujudkannya secara lebih serius. Sedang berada di ambang batas antara ingin pindah haluan atau meneruskan hiksss... Very well recommended. ;)

    ReplyDelete

What is your thought?